JAKARTA, KOMPAS.com " Intelektualitas KH Abdurrahman Wahid atau yang kerap dipanggil Gus Dur masih kuat terasa di bangsa ini meski sudah setahun lamanya Gus Dur berpulang ke Sang Pencipta. Intelektualitas Gus Dur yang sarat dengan nilai Keislaman tanpa melupakan nilai keberagaman menjadikan Gus Dur disebut sebagai Bapak Bangsa yang berasal dari kalangan santri, tetapi mampu merangkul berbagai kalangan lintas agama. Putri sulung Gus Dur, Alissa Wahid, merasakan hal tersebut. "Sepertinya baru kemarin, yah? Tapi sebetulnya setahun ini kami tidak punya jarak yang beda dengan Gus Dur karena Gus Dur masih bisa kami temui di mana-mana," ucap Alissa, Kamis (30/12/2010), dalam acara Seminar Haul ke-1 Gus Dur dengan tema "Menapak Jejak Guru Bangsa" di Masjid Jami Al-Munawaroh, Ciganjur, Jakarta. So far, we've uncovered some interesting facts about mobil keluarga ideal terbaik indonesia. You may decide that the following information is even more interesting.
Dia pun melihat masih dekatnya Gus Dur bagi masyarakat semata-mata karena pemikiran Gus Dur yang masih relevan dengan kondisi bangsa saat ini. "Nilai-nilai yang beliau perjuangkan untuk Indonesia dan Islam itu ternyata betul-betul memiliki relevansi sangat kuat," ucapnya. Alissa pun mengenang masa hidup Gus Dur. Ia sering kali mengantarkan bapaknya itu ke berbagai forum internasional. Forum-forum internasional itu pun sering kali terperangah dengan ide-ide Gus Dur. "Waktu itu Bapak pernah ikut forum tentang pandangan negara-negara pada babak milenium baru. Beliau hadir mewakili negara Muslim. Ketika beliau menyampaikan pandangannya, terkaget-kaget mereka, mana ada orang santri sepintar ini. Hal ini sesuatu yang sangat biasa ditemui," kenang Alissa. Pakar filsafat politik UI, Rocky Gerung, pun melukiskan Gus Dur sebagai sosok yang memiliki kacamata kenegaraan konstitusi yang luar biasa. "Saya rasa Gus Dur tidak hanya berlebih pada kesolehannya, tapi lebih dari itu dia punya banyak pemikiran yang bisa ditransmisikan oleh berbagai macam orang. Ini luar biasanya Gus Dur," kata Rocky. Rocky juga mengaku memiliki kesan yang kuat terhadap jiwa keberagaman Gus Dur selama masa perkenalannya. "Tiap Natal, saya selalu dapat telepon dari Gus Dur yang mengucapkan Selamat Natal, padahal saya bukan orang yang sangat religius. Jadi dari awal saya mendeteksi gen kemajemukan dalam diri Gus Dur. Kemajemukan itulah yang hilang dari pemimpin kita saat ini," ucap Rocky.
Dia pun melihat masih dekatnya Gus Dur bagi masyarakat semata-mata karena pemikiran Gus Dur yang masih relevan dengan kondisi bangsa saat ini. "Nilai-nilai yang beliau perjuangkan untuk Indonesia dan Islam itu ternyata betul-betul memiliki relevansi sangat kuat," ucapnya. Alissa pun mengenang masa hidup Gus Dur. Ia sering kali mengantarkan bapaknya itu ke berbagai forum internasional. Forum-forum internasional itu pun sering kali terperangah dengan ide-ide Gus Dur. "Waktu itu Bapak pernah ikut forum tentang pandangan negara-negara pada babak milenium baru. Beliau hadir mewakili negara Muslim. Ketika beliau menyampaikan pandangannya, terkaget-kaget mereka, mana ada orang santri sepintar ini. Hal ini sesuatu yang sangat biasa ditemui," kenang Alissa. Pakar filsafat politik UI, Rocky Gerung, pun melukiskan Gus Dur sebagai sosok yang memiliki kacamata kenegaraan konstitusi yang luar biasa. "Saya rasa Gus Dur tidak hanya berlebih pada kesolehannya, tapi lebih dari itu dia punya banyak pemikiran yang bisa ditransmisikan oleh berbagai macam orang. Ini luar biasanya Gus Dur," kata Rocky. Rocky juga mengaku memiliki kesan yang kuat terhadap jiwa keberagaman Gus Dur selama masa perkenalannya. "Tiap Natal, saya selalu dapat telepon dari Gus Dur yang mengucapkan Selamat Natal, padahal saya bukan orang yang sangat religius. Jadi dari awal saya mendeteksi gen kemajemukan dalam diri Gus Dur. Kemajemukan itulah yang hilang dari pemimpin kita saat ini," ucap Rocky.
No comments:
Post a Comment