JAKARTA, KOMPAS.com - Tren 'mencuri' kader-kader potensial dari partai lain makin marak. Menurut pengamat politik Yunarto Wijaya, partai-partai yang gemar menarik kader potensial dari partai lain sebenarnya gagal dalam melakukan salah satu tugas utamanya, yaitu kaderisasi. "Partai yang tidak berhasil melakukan kaderisasi, akhirnya memanfaatkan politisi kutu loncat. Ini sistem kepartaian yang gagal karena tanpa kaderisasi," katanya kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (20/4/2011). Kepindahan para politisi dari partai politik yang satu ke partai lainnya tentu karena ada kesempatan emas untuk maju dalam karirnya sebagai politisi. Namun demikian, fenomena politisi kutu loncat juga menunjukkan bahwa partai asalnya sendiri juga tidak berhasil dalam melakukan kaderisasi dengan baik. Semoga informasi yang disajikan sejauh ini berlaku. Anda juga mungkin ingin mempertimbangkan hal berikut:
Pada prinsipnya, Yunarto mengatakan fenomena ini memang ditujukan sebagai manuver penguatan partai politik menuju Pemilu 2014. Fenomena ini, lanjutnya, lumrah terjadi. Belakangan ini, memang tercatat bahwa Demokrat banyak merangkul politisi partai-partai lainnya, seperti Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf dari PAN, Gubernur Sulut Sinyo Harry Sarundajang dari PDI-P dan Gubernur NTT Zainul Majdi yang adalah kader PBB dan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin. "Demokrat partai penguasa yang kekuatan elektoralnya bergantung dengan SBY. Di 2014, SBY tidak bisa maju lagi, mereka harus menggunakan variabel lain, yaitu infrastruktur politik untuk menggantikan peran person," tambahnya. Maka, membangun infrastruktur politik menjadi penting bagi Demokrat. Pasalnya, tak ada tokoh lagi yang dominan untuk bisa 'menjamin' keterpilihan Demokrat.
Pada prinsipnya, Yunarto mengatakan fenomena ini memang ditujukan sebagai manuver penguatan partai politik menuju Pemilu 2014. Fenomena ini, lanjutnya, lumrah terjadi. Belakangan ini, memang tercatat bahwa Demokrat banyak merangkul politisi partai-partai lainnya, seperti Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf dari PAN, Gubernur Sulut Sinyo Harry Sarundajang dari PDI-P dan Gubernur NTT Zainul Majdi yang adalah kader PBB dan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin. "Demokrat partai penguasa yang kekuatan elektoralnya bergantung dengan SBY. Di 2014, SBY tidak bisa maju lagi, mereka harus menggunakan variabel lain, yaitu infrastruktur politik untuk menggantikan peran person," tambahnya. Maka, membangun infrastruktur politik menjadi penting bagi Demokrat. Pasalnya, tak ada tokoh lagi yang dominan untuk bisa 'menjamin' keterpilihan Demokrat.
No comments:
Post a Comment