JAKARTA, KOMPAS.com " Sofjan Wanandi adalah pengusaha sukses, politisi, juga mantan aktivis. Ia pribadi yang kaya. Bicaranya ceplas-ceplos dan senang berteman dengan siapa saja. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengibaratkan Sofjan sebagai kunci inggris, bisa bicara apa saja. Demikian sejumlah kesan yang diungkap kolega Sofjan dalam acara peluncuran buku Sofjan Wanandi, Aktivis Sejati di Jakarta, Kamis (7/4/2011) petang. Buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas tersebut menandai ulang tahun Sofjan yang pada 3 Maret lalu genap berusia 70 tahun. Buku itu mengurai pribadi Sofjan menurut rekan-rekannya. Hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh, seperti Wakil Presiden Jusuf Kalla, Direktur Pemberitaan Metro TV Suryopratomo, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, dan ekonom Djisman Simanjuntak. Mereka bercerita tentang sosok Sofjan yang mereka kenal. Kalla mendeskripsikan sosok Sofjan sebagai aktivis sejati. "Sofjan ini aktivis apa saja. Ya, sosial, ekonomi, politik. Segala macam, segala zaman," ungkapnya. Kekayaan pribadi Sofjan, menurut Kalla, membuat Sofjan bisa menjadi teman untuk segala hal. "Bicara sosial iya, ekonomi iya, kuliner juga. Ibarat kunci inggris dia, apa saja boleh. Kita teman apa saja kecuali teman bisnis," ungkap Kalla yang mengaku telah mengenal dan bersahabat dengan Sofjan sejak tahun 1965. Pemberani Ekonom Djisman Simanjuntak mengapresiasi sosok Sofjan yang selalu hadir di dua masa transisi besar Indonesia. "Satu, transisi dari Bung Karno ke Pak Harto, di mana Sofjan bertindak sebagai aktivis mahasiswa. Dua, transisi setelah Pak Harto, di mana Sofjan berperan sebagai pelaku," katanya. Djisman memuji Sofjan sebagai sosok pemberani. "Seperti yang banyak dimuat dalam buku ini, Pak Sofjan pemberani. Kita butuh pemberani ini. Pengetahuan saja tidak cukup. Kedua, Pak Sofjan juga memiliki keteguhan. Ini langka di negeri ini," papar Djisman. Pikirkan tentang apa yang telah Anda baca sejauh ini. Apakah itu memperkuat apa yang sudah Anda ketahui tentang Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah? Atau ada sesuatu yang sama sekali baru? Bagaimana dengan paragraf yang tersisa?
Dalam kesempatan yang sama, Mari Elka Pangestu mengungkapkan kenangannya ketika pertama kali melihat Sofjan. "Pak Sofjan itu yang paling khas suaranya. Saya ingat waktu itu, saya masih kecil, Pak Sofjan masih mahasiswa dan datang ke rumah saya memakai jaket kuning. Itulah kenangan pertama saya melihat Pak Sofjan," kata Mari. Sebagai menteri, Mari merasa terbantu dengan adanya Sofjan. "Dia bisa bantu menyuarakan, tentu kalau dia setuju dengan yang kita lakukan" cetus Mari. Meski merasa bahwa Sofjan kadang berkomentar tanpa melihat masalah secara komprehensif dahulu, namun secara umum Marie mengatakan Sofjan sangat dibutuhkan. Sofjan juga digambarkan sebagai pribadi yang mampu menjalin pertemanan dengan siapa saja, termasuk orang yang berseberangan dengannya. Sebagai pribadi yang suka mengkritik dengan "ceplas-ceplos", Sofjan pun merupakan pribadi yang bisa menerima kritik. Setia kawan Menerima beragam pujian, Sofjan hanya tersenyum. Menurutnya, di antara sekian pujian, ia merasa bahwa yangpaling ada dalam dirinya adalah setia kawan. "Saya kira adalah setiakawan. Dalam kondisi apa pun kita tetap berteman, walaupun berbedapolitik kita tetap berteman. Ini juga yang menurut saya pentingdilakukan untuk menjaga persatuan," ungkapnya. Tentang buku ini, ia mengatakan, sebenarnya dialah yang diminta menulis buku ini 12 tahun lalu. Namun, karena belum punya waktu, ia meminta penerbit menerbitkan tulisan dirinya dalam pandang orang lain dahulu. Sofjan berjanji untuk menulis biografinya sendiri. Saat ini memang belummemulai apa pun, namun ia mengatakan bahwa biografi itu diharapkanselesai dalam 3 tahun. Ia berharap orang bisa belajar daripengalamannya. Sofjan mendedikasikan buku ini salah satunya untuk generasi muda. "Generasi muda perlu tahu dan belajar. Terutama bagi minoritas, mereka perlu yakin bahwa bisa berbuat sesuatu untuk bangsa. Enggak perlu takut," katanya. Abun Sanda, Direktur Bisnis Harian Kompas yang menjadi editor buku ini, mengatakan, tertarik pada figur Sofjan yang unik dan bisa dipelajari. "Dia aktivis sekaligus pebisnis. Tapi dia bisa memisahkan kepentingan keduanya. Dia juga concern pada masalah pendidikan dan juga setia kawan. Banyak aspek yang menarik. Terutama, dia adalah orang yang jujur pada dirinya sendiri," ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Mari Elka Pangestu mengungkapkan kenangannya ketika pertama kali melihat Sofjan. "Pak Sofjan itu yang paling khas suaranya. Saya ingat waktu itu, saya masih kecil, Pak Sofjan masih mahasiswa dan datang ke rumah saya memakai jaket kuning. Itulah kenangan pertama saya melihat Pak Sofjan," kata Mari. Sebagai menteri, Mari merasa terbantu dengan adanya Sofjan. "Dia bisa bantu menyuarakan, tentu kalau dia setuju dengan yang kita lakukan" cetus Mari. Meski merasa bahwa Sofjan kadang berkomentar tanpa melihat masalah secara komprehensif dahulu, namun secara umum Marie mengatakan Sofjan sangat dibutuhkan. Sofjan juga digambarkan sebagai pribadi yang mampu menjalin pertemanan dengan siapa saja, termasuk orang yang berseberangan dengannya. Sebagai pribadi yang suka mengkritik dengan "ceplas-ceplos", Sofjan pun merupakan pribadi yang bisa menerima kritik. Setia kawan Menerima beragam pujian, Sofjan hanya tersenyum. Menurutnya, di antara sekian pujian, ia merasa bahwa yangpaling ada dalam dirinya adalah setia kawan. "Saya kira adalah setiakawan. Dalam kondisi apa pun kita tetap berteman, walaupun berbedapolitik kita tetap berteman. Ini juga yang menurut saya pentingdilakukan untuk menjaga persatuan," ungkapnya. Tentang buku ini, ia mengatakan, sebenarnya dialah yang diminta menulis buku ini 12 tahun lalu. Namun, karena belum punya waktu, ia meminta penerbit menerbitkan tulisan dirinya dalam pandang orang lain dahulu. Sofjan berjanji untuk menulis biografinya sendiri. Saat ini memang belummemulai apa pun, namun ia mengatakan bahwa biografi itu diharapkanselesai dalam 3 tahun. Ia berharap orang bisa belajar daripengalamannya. Sofjan mendedikasikan buku ini salah satunya untuk generasi muda. "Generasi muda perlu tahu dan belajar. Terutama bagi minoritas, mereka perlu yakin bahwa bisa berbuat sesuatu untuk bangsa. Enggak perlu takut," katanya. Abun Sanda, Direktur Bisnis Harian Kompas yang menjadi editor buku ini, mengatakan, tertarik pada figur Sofjan yang unik dan bisa dipelajari. "Dia aktivis sekaligus pebisnis. Tapi dia bisa memisahkan kepentingan keduanya. Dia juga concern pada masalah pendidikan dan juga setia kawan. Banyak aspek yang menarik. Terutama, dia adalah orang yang jujur pada dirinya sendiri," ungkapnya.
No comments:
Post a Comment