JAKARTA, KOMPAS.com " Dua orang wartawan asal Maluku, Lexy Kikilai dan Yeremias Mahuri, memaparkan kronologi terbunuhnya rekan mereka, Alfrets Mirulewa, kepada Komnas HAM. Menurut mereka, Alfrets diduga kuat dibunuh karena mencoba mengungkap kasus kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi di Pulau Kisar, Maluku Barat Daya, Maluku, sejak 2009 silam. Ketika itu, kami (Yeremias dan Lexi) sepakat melakukan investigasi mengenai kelangkaan BBM yang sering terjadi. Kami curiga ada yang menimbun BBM di Maluku, kata Yeremias saat melakukan konferensi pers di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Kamis (10/3/2011). Yeremias melanjutkan, saat melakukan investigasi pada 14 Desember 2010 lalu, korban sempat bertengkar dengan salah satu oknum pengawal angkutan BBM. Pikirkan tentang apa yang telah Anda baca sejauh ini. Apakah itu memperkuat apa yang sudah Anda ketahui tentang Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah? Atau ada sesuatu yang sama sekali baru? Bagaimana dengan paragraf yang tersisa?
Saat itu dia sempat bertengkar dengan salah satu oknum pengawal angkutan. Setelah hampir tiga jam, kami merasa cukup melakukan investigasi karena waktu sudah hampir pagi. Namun, dia (Alfrets) tidak. Ia mengatakan akan melanjutkan investigasinya, kata Yeremias. Sehari setelahnya, Alfrets dinyatakan hilang. Pada 17 Desember 2010, pukul 03.00 dini hari, mayat Alfrets ditemukan oleh nelayan di samping gudang milik Ruben Rupilu yang juga seorang polisi. Atas masalah tersebut, Komisioner Pemantau Penyelidikan Komnas HAM Jhony Simanjuntak mengatakan pihaknya akan terus memantau kasus tersebut. Menurut dia, pembunuhan wartawan adalah suatu ancaman yang serius bagi Komnas HAM. Kami akan terus melakukan penyelidikan atas kasus tersebut. Intinya, fakta-fakta yang kami dapat sekarang adalah Alfrets meninggal dalam tugas jurnalistiknya. Hal tersebut bagi kami (Komnas HAM) adalah suatu ancaman terhadap jurnalis yang banyak membantu kerja Komnas HAM, ujar Jhony.
Saat itu dia sempat bertengkar dengan salah satu oknum pengawal angkutan. Setelah hampir tiga jam, kami merasa cukup melakukan investigasi karena waktu sudah hampir pagi. Namun, dia (Alfrets) tidak. Ia mengatakan akan melanjutkan investigasinya, kata Yeremias. Sehari setelahnya, Alfrets dinyatakan hilang. Pada 17 Desember 2010, pukul 03.00 dini hari, mayat Alfrets ditemukan oleh nelayan di samping gudang milik Ruben Rupilu yang juga seorang polisi. Atas masalah tersebut, Komisioner Pemantau Penyelidikan Komnas HAM Jhony Simanjuntak mengatakan pihaknya akan terus memantau kasus tersebut. Menurut dia, pembunuhan wartawan adalah suatu ancaman yang serius bagi Komnas HAM. Kami akan terus melakukan penyelidikan atas kasus tersebut. Intinya, fakta-fakta yang kami dapat sekarang adalah Alfrets meninggal dalam tugas jurnalistiknya. Hal tersebut bagi kami (Komnas HAM) adalah suatu ancaman terhadap jurnalis yang banyak membantu kerja Komnas HAM, ujar Jhony.
No comments:
Post a Comment